Sabtu, 08 Januari 2022

Noticed

"Suka banget dengerin abang cerita."

Aku memencet foto profilku. Di sana tertera sudah sebanyak apa aku meninggalkan komentar di kanal itu, kanal seorang storyteller favoritku di Youtubeyang seringkali membahas hal-hal misteri dan kriminal. 

Hmm... 378 comments tanpa pernah mendapat satu like pun dari si empunya kanal.

Padahal segala cara sudah kucoba agar komenku dibalas atau setidaknya dia melihat keberadaanku sebagai pengikut kanalnya. Namun nihil, ia belum juga merespons komenku.

***

"Bang, bahas berita anak kecil yang diikat orang nggak dikenal di tiang listrik dan akhirnya kesetrum itu dong!" pintaku di lain hari.

Lagi-lagi, dia tidak merespons komenku. Mungkin usahaku masih kurang?

*** 

Minggu depannya pun aku selalu punya usulan. "Ada kasus beberapa anak tewas kerancunan gara-gara dikasih permen orang nggak dikenal. Abang nggak mau bahas itu? Di Twitter lagi rame, lho!"

 Aku akan senang jika ia membahasnya. Namun lagi, jangankan dibalas, di-like pun tidak! Aku mulai kesal dan membanting semua gawaiku. Setiap hari aku sudah melampaui batasku, tapi mengapa sesusah itu untuk mendapatkan sedikit responsnya?

***

Storyteller favoritku mengunggah video terbaru. Ia mengunggah video yang menceritakan cerita-cerita seram penonton, segmen kesukaanku, karena tak jarang durasinya lebih dari lima belas menit. Walau segmen kesukaanku, sebenarnya aku berharap ia mengunggah segmen Mysterious Things kali ini, karena aku penasaran kasus kriminal apa yang akan ia bahas.

Selagi aku ingin mengirimkan komentar pada video terbarunya, tiba-tiba sirine polisi terdengar semakin dekat menuju rumahku. Ah, setidaknya... setidaknya biarkan aku menyelesaikan video yang kutonton ini! Pekikku terburu-buru dalam hati. 

Namun telat, mobil-mobil itu sudah parkir di halaman rumahku. Polisi-polisi itu sudah memanggil namaku. Aku yakin, dalam beberapa menit ke depan pintu rumahku menjadi target tendangan kaki mereka.

***

Sudah hampir sebulan hidupku terasa hampa di balik jeruji besi. Sampai akhirnya saat aku sedang di ruang makan bersama tahanan yang lain, aku mendengar suara storyteller favoritku dari sebuah gawai seorang juru masak. Makananku yang hambar terasa lezat saat itu juga. Terutama saat mendengar suara abang storyteller favoritku mulai bercerita.

"Kasus ini tuh lagi raaame banget di mana-mana, gengs! Di mana ada seorang gadis berumur dua puluh tahun tega mencelakai anak-anak kecil di sekitar rumahnya. Bahkan, dia mengaku melakukannya hanya untuk kesenangan. Haduh, emang udah gila dunia ini."

"Mulai dari ngiket anak tetangganya di tiang listrik sampe kesetrum, ngasih permen beracun yang bikin anak tetangganya sampe tewas, dan terakhir yang paling viral sampe dibahas di negara tetangga; ia tega mengikat tangan sahabatnya terus dicempluingin ke kolam renang rumah sahabatnya sendiri."

"Semua kasus ini terkuak setelah polisi memeriksa cctv rumah warga yang mengarah ke tempat kejadian dan cctv di rumah sabahatnya ini. Duh, ngelus dada dulu gue... kalian ati-ati yak gengs, kalo cari temen..."

Mendengar itu tawaku langsung membahana. Seisi ruang makan melihatku keheranan. Aku masih cekikikan, bahkan sampai meneteskan air mata saking senangnya. Tidak hanya mendapat like atau balasan pada komentarku, aku bahkan menjadi salah satu topik di antara video yang ia unggah! 

Akhirnya... noticed by my favorite storyteller.

------------oOo------------

Cerita ini hanya fiksi belaka, yaaa. Berawal dari seringnya baca-baca komen "Notis aku dong, Bang" di kanal youtube kak Hirotada Radifan, tiba-tiba premis ini muncul di kepala > , < Udah lama ngendap di kepala, kalo nggak dieksekusi premisnya berasa ada yang masih ngeganjel aja gitu, mhehehe :)) Tapi sungguh, ku bukan sikopet. Anywaaaaay, makasih yang udah baca yaaaa~

Jumat, 26 November 2021

Kerja, Kerja, Kerja, Herpes

Kerja, kerja, kerja, tipes.

Itu tuh kalimat yang suka digadang-gadang sama budak deadline perkara kerja mulu. Kaya kagaaak, tipes iya. Tapi dalam kasusku, kerja, kerja, kerja, herpes. Wkwkwk, astaghfirullah. Kapok banget, bestie.

Jadi, emang beberapa bulan terakhir rada banyak pikiran. Pikirannya lebih ke: gimana caranya semua orderan shopee bisa selesai sebelum deadline-nya, jadi bisa terima orderan baru, otomatis cuan lebih banyak juga. Ambis pol. Saking ambisnya, pernah dalam sehari selesai tujuh desain pola yang normalnya tuh dikerjakan dalam tiga sampai empat hari. Entah apa yang merasukiku~ wkwkwk.

Mungkin, mungkiiin, pancaroba plus banyak pikiran bikin imun tubuh ini menurun. Sehingga pada suatu sore yang mendung di tanggal 13 November, saat angin kenceng-kencengnya, tiba-tiba tubuhku menggigil parah. Sebenernya pas bulan September pernah menggigil parah juga tanpa sebab. Kalo pas September itu bener-bener tanpa sebab, kayak menggigil kedinginan dan besoknya nggak kenapa-kenapa. Biasa aja lagi. Nggak pake demam juga.

Nah, beda sama yang ini. Menggigil nggak keruan, sampe udah mandir air anget, kerubutan selimut tiga lapis, tetep aja menggigil. Sampe akhirnya demam tinggi sekitar 39 derajat-an. Kupikir kayak menggigil di bulan September, jadi kubetah-betahin aja sampe besok. Tapi besoknyaaa, badan masih panas, bahkan kaki kiri kayak terasa menebal gitu. Masih cuek aja pokoknya.

Hari ketiga masih panas. Udah minum paracetamol tetep nggak turun. Nah, di sini udah rada janggal kaki kiriku. Biasanya, kalo aku mau bobo dan nubruk ke kasur, aku bertumpu sama kaki kiri. Tapi hari itu, kaki kiriku perih, sakit, dan panas tiap dipake buat tumpuan. Tapi aku masih bodo amat. Hari keempat masih panas walau udah agak turun. Cuma, permukaan kulit kaki kiri tuh kena ke sprei rasanya sakit banget. 

Di hari keempat ini aku mulai nangis karena kaki memerah dan dipegang rasanya panas. Orang-orang rumah ngiranya keseleo kan. Disuruh gerak-gerakin sendi pergelangan kaki gitu, tapi bener-bener nggak apa-apa. Cuma pas dilihat, kaki udah bentol-bentol merah-merah gitu. Kupikir gabagen biasa, kayak penyakit kulit/ruam yang muncul setelah panas. TERNYATA TIDAK SESEDERHANA ITU, GES.

Di hari kelima, kaki kiri makin perih dan mulai keliatan lepuhan kecil. Setelah kucari tauuu, ternyata itu herpes zoster alias cacar api. Nih ya kukasih foto awalnya dan ini bener-bener cuma kaki kiri alhamdulillah.

Pokoknya bener-bener bedrest karena kaki sakit banget. Buat jalan sakit. Buat tidur enak, sih. Tapi dari tidur ke duduk atau berdiri tuh rasanya kayak kram gitu. Kalian tau nggak sih rasanya kebangun tidur gara-gara kram kaki? Nah, gitu deh rasanya. Dan foto di atas hanya permulaan, gaes. Setelah itu masih ada fase melepuh yang bener-bener melepuh kayak kesiram air panas, kayak kesunut seribu rokok (literally sebanyak itu), kayak habis kena kenalpot motor sebetis. 

Tiap hari cuma nangis nahan perih. Emang, nggak ada penyakit yang mending, tapi selama aku hidup di dunia, cacar api adalah yang terburuk yang kualami. Ibarat kaki kayak diblebet bubblewrap, bedanya kalo bubblewrap isinya angin, nah ini isinya air dan bakal perih kalo pecah. Rasanya naudzubillamindazlik. Something you can't imagine perihnya, ngerinya, benyeknya.

Setelah melepuh dan jadi gelembung berair, semua itu pecah dalam beberapa hari dan kulitnya ngelupas semua :(( Nah, sekarang ini aku ada di fase penyembuhan dan sabar nunggu luka cacarnya kering dan jadi koreng. Sampe udah nggak mikir lagi bekasnya bakal gimana. Bisa sembuh aja udah syukur alhamdulillah.

Padahal sebelum ini aku udah struggle nyembuhin luka baret dalem yang nggak kunjung sembuh juga. Luka baret kelar, luka herpes datang. Alhamdulillah. Sebagai pengingat juga supaya lebih sayang sama diri sendiri. Dunia bisa menanti :)

Aku harap nggak ada orang lain yang kena penyakit ini, deh. Semoga kalian sehat selalu. Jangan stres, jangan banyak pikiran, jaga pola hidup, pola makan, dan rajin olah raga. JADI NYESEL PERNAH NGETWIT GINI:

WKWKWKKK, bener sih turun 9,1 kilogram dalam 12 hari. Jalur cacar api. The worst jalur ever. Daaan, sempat-sempatnya selfie :))
Segitu aja, deeeh... nulis random sebagai pengingat pernah ngalamin ini. CUKUP SEKALI, AKU MERASAAAAA PERIHNYA CACAR API~~~

Kamis, 19 Agustus 2021

Marching Band dan Cerita-cerita Bodoh

Di suatu sore, di sebuah perumahan Kota Tembagapura...

"Mbak, gimana niii? Seragam marching band-ku nggak cukup!" seruku hampir nangis setelah nyobain seragam marching band yang harus kupake beberapa hari lagi.

Hari itu lupa H-berapa, yang jelas Pak Mar--pelatih marching band kami--sudah membagikan seragam sesuai ukuran kami. Kalo nggak salah aku dapat ukuran XXL, deh. Maklum, bongsor abis! Kalo kalian liat video marching band di bawah ini, cari aja yang cewek paling bongsor... itu aku. Eh tapi out of topic dikit ya... jujur, ketawa banget ngeliat aku yang dulu... potato abessss! Ya sekarang masih potato, tapi dah ngerti dandan dan perawatan dikit lah yaa. Pantes aja dulu "mas crush" ogah ngeliat daku ini awkokakowkoa. Canda ea canda. Oke, kembali ke topik...

Sebut saja Mbak K, kakakku yang saat itu mendampingiku di Tembagapura (Mama di Jawa karena harus bikin rumah) jadi ikut bingung ngeliat resleting baju yang nggak bisa dinaikkin ke atas. "Kamu kok ya nggak minta yang gede sih bajunya?"

"HEH! INI UDAH YANG PALING GEDE!"

"Celananya cukup?"

Dengan malu-malu aku memperlihatkan celanaku. "Bisa diresletingin, tapi nggak bisa dikancingin."

Tawa Mbak K langsung menggelegar. "Ya udah, nggak apa-apa. Gitu aja."

Aku melotot. "YA KELIATAN DOOONG PERUTKU!" 

"Kamu punya baju biru nggak?"

Aku baru ingat kalau punya kaos warna biru senada seragam marching band. Akhirnya kami berdua bereksperimen dengan menyatukan kaos dan seragam marching band-ku. Jadi aku pakai dalaman kaos biru, kemudian aku memakai seragam Marching Band tanpa diresleting. Supaya seragamnya tidak gobal-gabel, Mbak K mengunci seragam dan kaos dengan peniti. 

JADI, SEBENERNYA SELAMA UPACARA DAN PERFORM ITU, SERAGAMKU BELAKANGNYA TIDAK DIRESLETING GAES. UNTUNG DI PUNGGUNG ADA JUBAH PENYELAMATNYA. JADI TIDAK TERLIHAT :)) Ya Allah, akhirnya spill the tea juga, wkwkwk. Kalo dulu mana berani, masih malu, takut diledekin. Sekarang malu-maluin. Dan ya, begitu juga celananya... nggak aku kancingin, cuma diresleting aja. Alhamdulillah masih ketutup kaos biru yang agak panjangan dan tentunya dilindungi oleh Allah agar tidak melorot begitu saja. Itu kenapa di video aku sering banget ngerapiin kaos, ITU TUH TAKUT PENITINYA COPOT YAA :)) Btw, ini videonya~

Suasana 17 Agustus di Tembagapura tuh selalu meriah, sih. Dari sekolahku sendiri (YPJ Tembagapura), beberapa bulan sebelumnya sudah persiapan mulai dari paduan suara, marching band, dan paskibra (cuma, kemarin seorang teman yang saat ini sudah kerja di sana bilang, kalo sekarang sudah tidak ada marching band bahkan sejak dua tahun lalu :( so saaaad). Dah gitu pas zamanku pertama kali ikut marching band, itu tuh kami yang pertama pakai alat-alat baru dan seragam baru :) Jadi berasa paling kereeeeen banget banget! 

Saat itu kami memainkan beberapa lagu di antaranya: musik Superman sebagai opening, dilanjut Ada Apa Denganmu yang kusuka banget intronya, lalu Pengalaman Pertama, kemudian lagu Papua; Yamko Rambe Yamko, Mansaso, dan Airu Mimika (terfavorit), terakhir Maju Tak Gentar sebagai penutup. Dari kesemuanya, aku paling sukaaaa dengerin pukulan quarto drum yang dimainkan oleh James dan Kak Juan. Tiap dengerin tutung dung dung tutung dudung tung tung, rasanya eargasm wkwkk. Ah, gemes banget pokoknya sama kenangan ini.

Syukur Alhamdulillah semua memori ini masih selamat!

Kalo marching band ini yah, sepengalamanku bebas banget tanpa seleksi... siapa yang mau ikut ya ayo aja. Asal mau disiplin, tepat waktu, dan serius, plus kalo alat masih tersedia, pokoknya bebas join!

Ada satu momen yang sampe saat ini nggak bisa aku lupain, sih. Bahkan saking membekasnya momen itu, tiap inget rasanya masih malu banget kayak mau lenyap aja.

Jadi, sore itu anak marching band dan anak paskibra latihan bersama di satu lapangan *tuh kan buat ngerecall memori ini dari otak aja udah mulai senyam-senyum gaje, malu banget asyuuuu* Dalam hati aku udah berdoa kenceng supaya pas pindah-pindah formasi nggak ketemu atau papasan atau hadap-hadapan sama kakak kelas gebetan aku (anak paskibra), sebut saja Kak Y.

LHA KOK SEMESTA MALAH SUKANYA BERCANDA YAA. Di suatu titik formasi tertentu, Aku dan Kak Y ini bener-bener berhadapan, jaraknya pun hanya dua lencang depan. Ancaaaadh, aku ingin menangis :"( *masih malu kalo inget, plisss* Apalagi kalo di sekolahku dulu tuh misal siapa punya gebetan siapa atau siapa pacaran sama siapa kan semua tau ya. Nah, teman-temanku yang liat ini langsung pada nahan ketawa juga. Aku masih inget banget sih pipiku udah gembung parah nahan malu, nahan ketawa, nahan senyum. Kalem outside, inside nya mah begini, wkwkwkwk anjay:

Aku tuh saking groginya sampe mukul marching bell kuat-kuat supaya rasa maluku tersalurkan. LHA KOK APES, tongkat marching bell-ku patah dan mencelat saat itu juga. Pas saat itu terjadi, temen-temenku langsung pada nunduk nahan cekikikan. Aku sendiri udah berubah jadi kepiting rebus. MERAH. Wkwkwk. Sampe akhirnya pas latihan udah selesai dan kami mengembalikan alat-alat musik, semua langsung membahas, "TADI KAMU GROGI, YAA?" WKWKWK Ya Allah malu banget. Tapi sekarang kalo diingat lagi manis juga ya kenangan-kenangan itu :)

Semoga semua memori yang bisa kulihat lagi ini bisa nyembuhin perasaan patah hatiku yang masih tertinggal karena harus pindah tiba-tiba dari kota paling manis, Tembagapura. Nanti deh aku tulis lagi di lain waktu. Makasih ya yang udah mau baca curhatan gaje ini sampe selesai. Pokoknya kita besfren! Sampai jumpa lagi!

MMMWAH