Untuk kamu yang selalu berkutat pada adonan kue dengan wajah serius setiap aku melihatmu (bahkan tanpa kamu sadari), perkenalkan... aku pengagummu :) Terutama kagum dengan senyummu yang jarang diperlihatkan itu. Sangat. Kagum!
Malam ini begitu sepi. Bukan malam juga, aku lebih suka menyebutnya dini hari. Hening, dengan suara jangkrik kemudian suara kereta api melintas... rasanya begitu damai dalam keheningan, dan seringkali membuat aku flashback dengan kejadian di hari ini, yang baru saja kulewati.
Ngomong-ngomong tentang hari ini, aku melihatmu lagi. Di kotak itu. Kotak dengan dinding kaca di sebuah toko roti Bread T*lk, Solo Grand Mall. Kamu menggunakan topi kokimu, lalu masker hijau muda yang melekat menutupi mulutmu. Tapi dari bentuk matamu, tanpa harus membuka topi koki dan maskermu, aku tau... itu kamu.
Entah rasa apa yang ada di hatiku kini, tapi selalu saja berbunga-bunga setiap setelah aku melihat kamu. Di sana, bersama koki-koki yang lain membuat adonan kue. Aku melihatmu dari kejauhan. Memperhatikanmu. Sadarkah?
Kalau tidak salah, sudah terhitung enam bulan ini diam-diam aku menjadi pengangummu yang selalu menyempatkan diri beberapa kali untuk membeli kue dengan dalih agar bisa memata-mataimu, melihat kamu hanya untuk sesaat lalu kemudian pulang lagi dengan perasaan seperti orang yang baru saja memenangkan lotre. Entahlah... ada perasaan jatuh hati, gemas, penasaran, yang membuat hatiku girang dengan sendirinya.
Kekagumanku padamu berawal dari hal sepele sederhana.
Saat itu aku ingin membeli roti gandum untuk dietku lalu aku bertanya pada temanmu, “Roti gandum yang mana ya, Mas?”
Temanmu yang (sok) sibuk itu menjawab, “Oh, coba tanya Mas-nya yang itu,” jarinya menunjuk ke arahmu yang sedang fokus dengan oven panggangan kue.
Aku menuju ke arahmu. “Roti gandum yang mana Mas?” tanyaku dengan senyum sumringah.
Kamu juga sama saja. Terlihat (sok) sibuk dan menjawab, “Coba tanya Mas-nya itu,” katamu sambil menunjuk temanmu yang baru saja kutanyai.
“Tadi Mas-nya yang itu suruh nanya ke sini, sekarang Mas yang ini nyuruh lagi tanya ke Mas itu,” aku protes.
Lalu kamu tersenyum. Senyummu memberi kesan bahwa kamu begitu sabar. Kamu lalu mengambilkan kue gandum yang kumaksud. “Mau dipotong?”
“Enggak deh, langsung gini aja.”
“Oh ya udah bisa langsung ke kasir,” jawabmu sambil tersenyum. Dan seketika aku ‘meleleh’ karena senyumanmu. Demi Tuhan, kamu begitu manis! Mungkin aku bisa diabetes hanya karena lama-lama melihatmu. Kalau di FTV, mungkin di rambutku sudah terbang-terbang diberi efek angin berhembus.
Aku sedikit bengong, untungnya cepat tersadar dari adegan ‘meleleh’ karena senyumanmu,
“Oh dibawa gini aja ke kasirnya?”
“Iya, gitu aja.”
“Oh.”
Mas koki Bread T*lk yang ganteng, saat kamu membaca ini, aku nggak tau apa aku membuat kesalahan karena menuliskan ungkapan isi hati ini, karena aku pun nggak tau ada wanita yang mengisi hatimu atau tidak, kamu memiliki pacar atau tidak. Sebenarnya itu bukan perkara sih untukku. Yang jelas, aku mengagumimu secara mendalam dengan caraku sendiri. Dan sudah lama ingin mengungkapkan perasaan ini. Iya, hanya sekedar mengungkapkan. Bukan kejahatan kan? Tidak salah kan? :)
Aku tidak mampu mengungkapkan dalam lisanku. Itu begitu membuat lidahku kelu. Bahkan namamu pun aku tidak tau. Rasanya aku akan terlihat konyol bila ingin memaksakan diri berkenalan denganmu dengan cara menerobos dapur Bread T*lk lalu mengajakmu salaman yang saat itu menggunakan sarung tangan... sedang membuat adonan kue pula. Nggak mungkin... :D
Kalau kamu menyadarinya, aku selalu mencuri-curi pandang melihatmu, lalu tersenyum simpul karena kegirangan dengan sendirinya. Kamu tau? Hatiku sedang meledak dan dengan sekuat tenaga aku meredamnya. Apalagi ketika aku menatap dirimu dan matamu juga melihat ke arahku (atau mungkin temanku). Entah apa yang ada di pikiranmu saat itu tentang diriku, baik atau buruk, atau membatin aneh ketika melihatku. Yang aku tau dadaku seperti ada kembang api yang meletup-letup di dalamnya.
Ah, kamu lucu ketika sedang mengadoni kue, seperti anak kecil yang sedang membuat mainan ‘malam’ dengan wajah inosenmu. Ingin rasanya mencubit pipimu itu.
Dengan tulisan ini, aku tidak menginginkan apapun dari kamu. Aku hanya ingin kamu baca dan kamu tauuu... aku mengagumi kamu! SANGAT! Bahkan ketika kamu lupa untuk tersenyum, serius berkutat membuat adonan kue... ah, sosokmu tetap terlihat berbeda dan menawan dengan caramu sendiri, dimataku.
Entah kapan kamu akan membaca tulisan ini, yang jelas... ini aku, gadis yang tembem dan bunder dari ujung rambut sampai jempol kaki, yang mengirimimu surat...
Ini aku, yang sering memperhatikanmu diam-diam, yang berharap kamu tersenyum sedikit walaupun senyum itu untuk temanmu (karena aku ingin melihat senyummu lagi, lagi, dan lagi!), yang mencuri-curi pandang denganmu, yang... yang... yang... yang mengagumimu, dan yang mungkin akan menggunakan topeng ketika ke Bread T*lk setelah mengungkapkan isi hati lewat tulisan ini.
Hahaha, sebenarnya aku malu :D Bagiku ini tidak lazim seperti biasanya aku. Tapi rasanya tidak tahan juga bila tidak diungkapkan.
Ini aku, yang sering memperhatikanmu diam-diam, yang berharap kamu tersenyum sedikit walaupun senyum itu untuk temanmu (karena aku ingin melihat senyummu lagi, lagi, dan lagi!), yang mencuri-curi pandang denganmu, yang... yang... yang... yang mengagumimu, dan yang mungkin akan menggunakan topeng ketika ke Bread T*lk setelah mengungkapkan isi hati lewat tulisan ini.
Hahaha, sebenarnya aku malu :D Bagiku ini tidak lazim seperti biasanya aku. Tapi rasanya tidak tahan juga bila tidak diungkapkan.
Aku tau aku bukan siapa-siapa. Sama sekali belum tau tentang kamu malah! Aku cuma penggemar rahasia (yang tidak rahasia lagi sekarang), yang selalu mengamatimu dari jauh. Semoga kamu membacanya, semoga kamu membacanya, semoga kamu membacanya! Dengan tulisan ini, aku tidak menginginkan apapun selain pemahamanmu tentang apa yang aku maksudkan dalam surat ini. Hanya tentang pengungkapan rasa yang tidak mampu aku ucapkan secara lisan. Aku hanya ingin kamu tau, bagiku kamu dan tampang seriusmu ketika membuat adonan kue itu... mengagumkan! :)
Dini hari, pukul 3.56
Otak tak mampu mengendalikan pikiran...
Untuk tidak memikirkan senyummu yang jarang diperlihatkan itu :)
Megashofani.
aaaa.....so sweet bgt pengungkapannya.....
BalasHapusSemoga dia baca.... Semoga dia baba.... (╯▽╰)
Makasiiiih :D
Hapuswahh ! sangat sangat romantis ! jempol buat kamu :D
BalasHapuscie-cie loh..
BalasHapusbukan utk aku ya...
BalasHapusso sweettt :3 aku ga berani nulis beginiii...
BalasHapusgimana kelanjutannya? update terus yaa! cemunguddh XD
Entahlah aku gatau dia udah baca apa belum. Tahnkyou yaa :D
Hapusco cwiitt qhaqha :3
BalasHapusaaaa so sweet qaqa :3
BalasHapusKa megaaaaa aku ngefans deh boleeehhh yaaaa >o<
BalasHapusBAYAR GOCENG! #lah
Hapustukang bread talk nya udah punya bini..
BalasHapusMas.... -_______-
Hapushahahahhahaha jangan jangan duda meg
BalasHapusGak masalah duda pun. asal gak beristri :p
Hapussiapa yaaa
BalasHapusini siapa ? :O
Hapusengg.. nda.. itu beneran suratnya??? kamu kasih ke mas masnya itu atau kamu taruh dibawah loyang? :D
BalasHapusiya ndaaa. tadi aku udah kasih ke Mas Bread T*lk. Legaaaaa :D cuma pengen dia baca aja sih :">
Hapus